Hampir
Menyerah untuk tidak memberikan ASI pada sang buah hati putra pertama kami
dikarenakan ASI tidak keluar pada awal-awal pasca melahirkan, karena dukungan dari suami full
akhirnya saya punya tekad dan kuncinya adalah satu positive thinking dan yakin bahwa Aku bisa Jadi Ibu ASI.
Pada kodratnya wanita itu adalah makhluk yang mulia
karena memiliki kelebihan yang luar biasa yang tidak dimiliki oleh makhluk pria
yaitu mengandung, melahirkan dan menyusui. Semua adalah proses alami yang akan
dirasakan oleh wanita yang akan menjadi ibu, termasuk
menyusui anak selama 2 tahun full. Pengalaman
pertama dalam memberikan ASI untuk anak pertama saya fatih abqary zhafran tidak semudah yang dibayangkan dan pikirkan, karena saya berpikir bahwa ASI akan otomatis keluar dengan lancar ketika
pasca melahirkan ternyata tidak sesuai kenyataan, yang saya alami butuh perjuangan untuk bisa memberikan ASI
full kepada sang buah hati. Alhamdulillah anak laki-laki pertama kami lahir dalam keadaan sehat dengan proses persalinan normal, pasca melahirkan saya bisa merasakan sentuhan pelukan
kehangatan tubuhnya yang mungil dan sempat IMD (Inisiasi
Menyusui Dini), karena di RS
tempat saya bersalin sangat mendukung ASI dan tidak diberikan sufor. Hari kedua
di rumah sakit ASI pun belum keluar tapi saya tetap menyusui, dan pikiran saya
mulai tidak fokus karena adanya omongan dari orang tua yang mengkhawatirkan
bayi kami menangis terus karena haus kurang ASI, dan menyarankan untuk
diberikan susu formula, disaat bimbang dan cemas suami yang selalu mendukung
setiap saat, dia menyemangati dengan lemah lembut dan meyakinkan saya bahwa ASI
akan nanti akan keluar otomatis ketika dihisap oleh anak kita dan bayi baru
dilahirkan dapat bertahan selama 3 hari karena masih ada asupan dari rahim ibunya itu yang dikatakan suami
untuk menenangkan hati saya agar tidak cemas dan down. Suami selalu siaga dari persiapan kehamilan saya, dia membaca
info-info tentang kehamilan, melahirkan sampai menyusui jadi sudah ada
pengetahuan tentang parenting.
Setelah kepulangan dari rumah sakit hari ketiga, malam
harinya bayi kami menangis terus lalu saya berusaha menggendong dan manyusui
dalam keadaan sakit karena masih terasa jahitan jadi menyusui sambil duduk miring saya
lakukan dengan dibantu suami. Hari Keempat malam harinya saya harus terus
terbangun mendengar suara tangisan anak kami, karena ASI saya belum keluar,
walaupun keluar hanya setetes-setetes saya tetap menyusuinya terus sambil
menatap wajahnya.
Hari Kelima paginya orang tua menyuruh untuk memberikan
susu formula karena ASI saya belum keluar dan bayi kami menangis terus, wajar
kekhawatiran kakek dan neneknya melihat cucunya yang menangis terus karena
kurang minum takut terjadi apa-apa, disinilah rasa kecemasan dan kekhawatiran
saya mulai muncul kenapa ASI belum keluar hari kelima padahal semua jenis
makanan yang dapat melancarkan ASI saya makan, karena didesak oleh orang tua
untuk membeli sufor pikiran saya mulai tidak fokus dan ingin rasanya menyerah
untuk tidak memberikan ASI mulai terlintas untuk memberikan sufor.
Akhirnya saya bicara dengan suami dengan keadaaan saya
yang belum keluar ASI dengan lancar, dan suami pun mendengar bahwa saran
orang tua untuk memberikan susu formula, suami tidak setuju sama sekali, dan
menenangkan hati saya agar saya tidak stress dan berusaha untuk yakin bahwa ASI
akan keluar tapi saya sepertinya sudah menyerah karena rasa cemas dan khawatir
anak kami takut terjadi apa-apa. Saya menyarakan kepada suami untuk ke dokter,
suami bingung kenapa harus kedokter? Anak kita alhamdulillah sehat tidak sakit,
saya menjawab karena dia berapa hari ini tidak bisa minum banyak ASI, suami
menjelaskan bahwa bayi di hari kelima sampai ke tujuh tidak minum sebanyak 1
botol susu , anak kita minum ASI 1 sendok makan pun sudah cukup
asupan untuk tubuhnya itu yang dikatan sang suami.
Suami selalu mendukung saya 100% dengan meyakinkan saya
bahwa kamu bisa jadi ibu ASI, disarankan untuk tidak stress dan tenang, tetapi
saya tetap tidak yakin akhirnya keluar kata-kata suami yang bisa membuat saya
bangkit dan yakin, suami mengatakan bahwa berpikir sebelum memberikan sufor
pikirkan dahulu jangan sampai menyesal seumur hidup nantinya karena anak kita
hanya butuh ASI dari ibunya. Saya teringat pesan dokter dan suster sewaktu di
Rumah sakit bahwa bayi yang beda golongan darah dengan ibunya biasanya kuning
sarannya berikan ASI terus ya bu supaya sehat terus dedenya. Akhirnya saya
menangis dan menatap anak saya, disitu saya berpikir untuk yakin bahwa saya
bisa memberikan ASI untuk anak saya.
Buah dari keyakinan saya miliki malam harinya di hari ke-enam ASI saya keluar sampai merembes, sebagai
seorang ibu dengan perasaan bahagia dan beryukur karena ASI dapat keluar lancar
dan bisa menyusui anak kami dengan rasa senang dan gembira. Dan mulai saat itu
saya selalu beripikir yakin dan positif bahwa saya bisa jadi Ibu ASI untuk
putra kami tercinta fatih abqary zhafran.
Masa-Masa
Perjuangan Pemberian ASI
Status
saya tidak hanya sebagai Ibu Rumah Tangga tetapi merangkap sebagai seorang
pengajar di salah satu kampus swasta dan sebagai mahasiswa S2 namun dengan
kondisi amanah saat itu saya tetap berjuang untuk memberikan ASI eklusif full
untuk buah hati kami karena ASI tetap makanan terbaik untuk anak yang tidak tergantikan segala jenis
merk susu apapun, dan setiap tetes ASI bernilai ibadah.
Persedian
stok ASI sudah mulai saya perah 2 bulan sebelum masuk kerja,jadwal merah pun
sudah diatur supaya bisa terbagi dua untuk disusui dan diperah. Manajement
waktu sangat diperlukan karena harus bisa membagi waktu antara IRT, Bekerja dan
kuliah S2 tak bisa dibayangkan sibuk seperti apa, bangun ditengah malam untuk
menyusui anak, memerah dan dipagi hari harus bisa memenuhi kebutuhan anak dan
suami sebelum berangkat bekerja, dan masih harus menimba ilmu S2 di hari sabtu
full, dan Kendala-kendala pun saya
rasakan ketika asi hanya bisa produksi sedikit tidak seperti biasanya karena
banyak faktor yang membuat ASI tidak lancar salah satu kecapean dan stress
sebagai ibu yang serba multitasking antara IRT, bekerja dan kuliah harus
mengerjakan semua perkerjaan atau tugas-tugas kuliah yang menumpuk namun saya
tetap berusaha menjalankan amanah semaksimal mungkin termasuk sebagai seorang
ibu yang sedang menyusui anaknya untuk tetap terus memberikan yang terbaik
untuk buah hati kami yaitu ASI.
Untuk
memperlancar ASI saya mengkonsumsi segala jenis makanan pelancar ASI,
sayur-sayuran, buah-buahan, menjaga minum air putih yang cukup sampai saya rela
makan yang pahit-pahit seperti daun papaya sampai pare yang bisa memperlancar
ASI namun makanan pendukung ASI tak
cukup untuk membuat lancar ASI salah satu faktor terpenting adalah pikiran.
Yakin dan positive thinking dengan
tekad yang kuat disertai ikhtiar maksimal dan doa yang bisa membuat ASI menjadi
lancar yang pernah saya alami.
Ketika
masa –masa krtitis di usia ke 5 bulan
lebih menuju 6 bulan stok ASI mulai menipis, hasil perah hanya cukup untuk satu
hari atau terkadang stok untuk hari ini hanya ada 3 botol, dengan menipisnya
stok akhirnya ASI harus dijemput di tempat saya mengajar untuk mencukupi
kebutuhan buah hati kami, dan setiap hari ibu yang merawat anak saya selalu
menelpon sebelum jam makan siang mengingatkan untuk megambil ASI yang sudah
diperah, padahal saat itu ASI saya tidak lancar dan belum mendapatkan hasil
perahaan karena faktor lelah dan stress kerjaan yang sedang deadline belum kunjung kelar, Ketika sedang
memerah yang membuat saya sedih ASI hanya bisa diperah sedikit tidak seperti
biasanya akhirnya saya freshkan pikiran, untuk tetap yakin bahwa ASI saya
lancar dan sambil berdoa untuk dicukupkan ASI untuk hari ini sampai genap 2
tahun itu yang ada di mindset saya
dan ternyata keajaiban dan pertolongan allah swt terkabulkan tiba-tiba ketika
sedang memerah asi langsung deras dan lancar dengan rasa bersyukur dan bahagia
akhirnya saya bisa mendapatkan 3 botol sebelum jam makan siang. Setelah jam
makan siang ASI dijemput oleh sang adik di tempat saya bekerja, Alhamdulillah kebutuhan
ASI untuk anak kami terpenuhi dan cukup walaupun stok ASI menipis dan
kejar-kejaran tidak membuat saya khawatir akan kurang nya kebutuhan ASI untuk sang buah hati karena saya selalu yakin
dan berpikir positif bahwa ASI cukup
untuk anak saya, tak lupa diringi dengan doa agar dicukupkan ASI hingga 2
tahun. Akhirnya selama 3 minggu ASI selalu dijemput oleh sang adik atau suami
setelah jam makan siang di kampus tidak ada terpikir untuk memberikan sufor kepada anak kami.
Alhamdulillah akhirnya saya lulus memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan
melihat tumbuh kembang anak kami yang sehat menjadi semangat untuk tetap terus
berjuang memberikan ASI. Setelah mendapatkan MPASI usia 6 bulan saya tetap
melanjutkan untuk memberikan ASI, sang suami yang selalu setia memberikan
dukungan dan menjemput ASI di tempat saya mengajar.
Saya
memerah sampai usia sekitar 15 bulan karena saya masih bekerja dan kuliah S2, pada
usia 13 bulan resign dari bekerja
karena niat untuk menjadi IRT dan anak tidak bisa dititipkan dengan ibu yang
sudah tua karena saya ingin ibu fokus dengan ibadahnya. Jadi saya lebih
full bersama anak dirumah hanya setiap hari sabtu saya harus meninggalkan satu
hari karena harus kuliah S2 dan dalam tahap proses penyelesaian tesis, sementara
anak di jaga dengan suami selama saya kuliah Alhamdulillah suami selalu
membantu dan mendukung saya. Setelah saya berada full dirumah otomatis anak
saya sudah tidak mau menggunakan botol susu jadi langsung menyusui dari
sumbernya ^_^ mungkin dia tahu bahwa ibunya sudah berada dirumah jadi tidak mau
lagi menggunak dot, hanya untuk hari sabtu saja anak menyusu dengan menggunakan
botol dari ASI yang saya perah. Masa-masa penyelesaian tesis pun akhirnya
selesai dan bisa sampai wisuda S2.
Dengan
perjuangan, ikhtiar dan doa akhirnya saya lulus menjadi ibu ASI full 2 tahun
tanpa sufor, dan anak kami tumbuh dengan sehat. Semua ini tak
lepas dari dukungan dan peran suami yang selalu memberi semangat dan membantu
saya. Saya yakin seluruh ibu yang ada di Dunia ini bisa untuk memberikan asi
full genap 2 tahun dengan keyakinan yang dimiliki, berpikir positif, dan tekad
yang kuat akan mensukseskan program ASI eksklusif untuk buah hati nya masing-masing. Disini
peran ayah atau suami sangat mendukung keberhasilan dan kesuksesan ibu dalam
memberikan ASI pada anak, bukan hanya ibu saja yang perlu belajar mencari tahu
tentang info-info pengetahuan yang berkaitan dengan ASI dan menyusui tetapi
sang ayah juga punya kewajiban untuk memliki ilmu dan wawasan tentang ASI dan
menyusui agar tidak tabu, dan dapat membantu memberikan dukungan full kepada
sang ibu.
#PekanAsiDunia
#PekanAsiDunia
Beruntung sekali ya mba dukungan suami sangat membantu ASI eklusifnya. Pasti senang bisa melewati masa sulit didampingi suami. Suka deh dengan perjuangan ibu2 yang gigih memberikan ASI
BalasHapus