Rabu, 24 Agustus 2016

Pejuang Asi Untuk Buah Hatiku



Hampir Menyerah untuk tidak memberikan ASI pada sang buah hati putra pertama kami dikarenakan ASI tidak keluar pada awal-awal pasca melahirkan, karena dukungan dari suami full akhirnya saya punya tekad dan kuncinya adalah satu positive thinking dan yakin bahwa Aku bisa Jadi Ibu ASI.


Pada kodratnya wanita itu adalah makhluk yang mulia karena memiliki kelebihan yang luar biasa yang tidak dimiliki oleh makhluk pria yaitu mengandung, melahirkan dan menyusui. Semua adalah proses alami yang akan dirasakan oleh wanita yang akan menjadi ibu, termasuk menyusui anak selama 2 tahun full. Pengalaman pertama dalam memberikan ASI untuk anak pertama saya fatih abqary zhafran tidak semudah yang dibayangkan dan pikirkan, karena saya berpikir bahwa ASI akan otomatis keluar dengan lancar ketika pasca melahirkan ternyata tidak sesuai kenyataan, yang saya alami butuh perjuangan untuk bisa memberikan ASI full kepada sang buah hati. Alhamdulillah anak laki-laki pertama kami lahir dalam keadaan sehat dengan proses persalinan normal, pasca melahirkan saya bisa merasakan sentuhan pelukan kehangatan tubuhnya yang mungil dan sempat IMD (Inisiasi Menyusui Dini), karena di RS tempat saya bersalin sangat mendukung ASI dan tidak diberikan sufor. Hari kedua di rumah sakit ASI pun belum keluar tapi saya tetap menyusui, dan pikiran saya mulai tidak fokus karena adanya omongan dari orang tua yang mengkhawatirkan bayi kami menangis terus karena haus kurang ASI, dan menyarankan untuk diberikan susu formula, disaat bimbang dan cemas suami yang selalu mendukung setiap saat, dia menyemangati dengan lemah lembut dan meyakinkan saya bahwa ASI akan nanti akan keluar otomatis ketika dihisap oleh anak kita dan bayi baru dilahirkan dapat bertahan selama 3 hari karena masih ada asupan dari rahim ibunya itu yang dikatakan suami untuk menenangkan hati saya agar tidak cemas dan down. Suami selalu siaga dari persiapan kehamilan saya, dia membaca info-info tentang kehamilan, melahirkan sampai menyusui jadi sudah ada pengetahuan tentang parenting.
Setelah kepulangan dari rumah sakit hari ketiga, malam harinya bayi kami menangis terus lalu saya berusaha menggendong dan manyusui dalam keadaan sakit karena masih terasa jahitan jadi menyusui sambil duduk miring saya lakukan dengan dibantu suami. Hari Keempat malam harinya saya harus terus terbangun mendengar suara tangisan anak kami, karena ASI saya belum keluar, walaupun keluar hanya setetes-setetes saya tetap menyusuinya terus sambil menatap wajahnya.
Hari Kelima paginya orang tua menyuruh untuk memberikan susu formula karena ASI saya belum keluar dan bayi kami menangis terus, wajar kekhawatiran kakek dan neneknya melihat cucunya yang menangis terus karena kurang minum takut terjadi apa-apa, disinilah rasa kecemasan dan kekhawatiran saya mulai muncul kenapa ASI belum keluar hari kelima padahal semua jenis makanan yang dapat melancarkan ASI saya makan, karena didesak oleh orang tua untuk membeli sufor pikiran saya mulai tidak fokus dan ingin rasanya menyerah untuk tidak memberikan ASI mulai terlintas untuk memberikan sufor.
Akhirnya saya bicara dengan suami dengan keadaaan saya yang belum keluar ASI dengan lancar, dan suami pun mendengar bahwa saran orang tua untuk memberikan susu formula, suami tidak setuju sama sekali, dan menenangkan hati saya agar saya tidak stress dan berusaha untuk yakin bahwa ASI akan keluar tapi saya sepertinya sudah menyerah karena rasa cemas dan khawatir anak kami takut terjadi apa-apa. Saya menyarakan kepada suami untuk ke dokter, suami bingung kenapa harus kedokter? Anak kita alhamdulillah sehat tidak sakit, saya menjawab karena dia berapa hari ini tidak bisa minum banyak ASI, suami menjelaskan bahwa bayi di hari kelima sampai ke tujuh tidak minum sebanyak 1 botol susu , anak kita minum ASI 1 sendok makan pun sudah cukup asupan untuk tubuhnya itu yang dikatan sang suami.
Suami selalu mendukung saya 100% dengan meyakinkan saya bahwa kamu bisa jadi ibu ASI, disarankan untuk tidak stress dan tenang, tetapi saya tetap tidak yakin akhirnya keluar kata-kata suami yang bisa membuat saya bangkit dan yakin, suami mengatakan bahwa berpikir sebelum memberikan sufor pikirkan dahulu jangan sampai menyesal seumur hidup nantinya karena anak kita hanya butuh ASI dari ibunya. Saya teringat pesan dokter dan suster sewaktu di Rumah sakit bahwa bayi yang beda golongan darah dengan ibunya biasanya kuning sarannya berikan ASI terus ya bu supaya sehat terus dedenya. Akhirnya saya menangis dan menatap anak saya, disitu saya berpikir untuk yakin bahwa saya bisa memberikan ASI untuk anak saya.
Buah dari keyakinan saya miliki malam harinya di hari ke-enam ASI saya keluar sampai merembes, sebagai seorang ibu dengan perasaan bahagia dan beryukur karena ASI dapat keluar lancar dan bisa menyusui anak kami dengan rasa senang dan gembira. Dan mulai saat itu saya selalu beripikir yakin dan positif bahwa saya bisa jadi Ibu ASI untuk putra kami tercinta fatih abqary zhafran.
Masa-Masa Perjuangan Pemberian ASI
Status saya tidak hanya sebagai Ibu Rumah Tangga tetapi merangkap sebagai seorang pengajar di salah satu kampus swasta dan sebagai mahasiswa S2 namun dengan kondisi amanah saat itu saya tetap berjuang untuk memberikan ASI eklusif full untuk buah hati kami karena ASI tetap makanan terbaik  untuk anak yang tidak tergantikan segala jenis merk susu apapun, dan setiap tetes ASI bernilai ibadah.
Persedian stok ASI sudah mulai saya perah 2 bulan sebelum masuk kerja,jadwal merah pun sudah diatur supaya bisa terbagi dua untuk disusui dan diperah. Manajement waktu sangat diperlukan karena harus bisa membagi waktu antara IRT, Bekerja dan kuliah S2 tak bisa dibayangkan sibuk seperti apa, bangun ditengah malam untuk menyusui anak, memerah dan dipagi hari harus bisa memenuhi kebutuhan anak dan suami sebelum berangkat bekerja, dan masih harus menimba ilmu S2 di hari sabtu full,  dan Kendala-kendala pun saya rasakan ketika asi hanya bisa produksi sedikit tidak seperti biasanya karena banyak faktor yang membuat ASI tidak lancar salah satu kecapean dan stress sebagai ibu yang serba multitasking antara IRT, bekerja dan kuliah harus mengerjakan semua perkerjaan atau tugas-tugas kuliah yang menumpuk namun saya tetap berusaha menjalankan amanah semaksimal mungkin termasuk sebagai seorang ibu yang sedang menyusui anaknya untuk tetap terus memberikan yang terbaik untuk buah hati kami yaitu ASI.
Untuk memperlancar ASI saya mengkonsumsi segala jenis makanan pelancar ASI, sayur-sayuran, buah-buahan, menjaga minum air putih yang cukup sampai saya rela makan yang pahit-pahit seperti daun papaya sampai pare yang bisa memperlancar ASI namun makanan pendukung  ASI tak cukup untuk membuat lancar ASI salah satu faktor terpenting adalah pikiran. Yakin dan positive  thinking dengan tekad yang kuat disertai ikhtiar maksimal dan doa yang bisa membuat ASI menjadi lancar yang pernah saya alami.
Ketika masa –masa  krtitis di usia ke 5 bulan lebih menuju 6 bulan stok ASI mulai menipis, hasil perah hanya cukup untuk satu hari atau terkadang stok untuk hari ini hanya ada 3 botol, dengan menipisnya stok akhirnya ASI harus dijemput di tempat saya mengajar untuk mencukupi kebutuhan buah hati kami, dan setiap hari ibu yang merawat anak saya selalu menelpon sebelum jam makan siang mengingatkan untuk megambil ASI yang sudah diperah, padahal saat itu ASI saya tidak lancar dan belum mendapatkan hasil perahaan karena faktor lelah dan stress kerjaan yang sedang deadline belum kunjung kelar, Ketika sedang memerah yang membuat saya sedih ASI hanya bisa diperah sedikit tidak seperti biasanya akhirnya saya freshkan pikiran, untuk tetap yakin bahwa ASI saya lancar dan sambil berdoa untuk dicukupkan ASI untuk hari ini sampai genap 2 tahun itu yang ada di mindset saya dan ternyata keajaiban dan pertolongan allah swt terkabulkan tiba-tiba ketika sedang memerah asi langsung deras dan lancar dengan rasa bersyukur dan bahagia akhirnya saya bisa mendapatkan 3 botol sebelum jam makan siang. Setelah jam makan siang ASI dijemput oleh sang adik di tempat saya bekerja, Alhamdulillah kebutuhan ASI untuk anak kami terpenuhi dan cukup walaupun stok ASI menipis dan kejar-kejaran tidak membuat saya khawatir akan kurang nya kebutuhan ASI  untuk sang buah hati karena saya selalu yakin dan berpikir positif  bahwa ASI cukup untuk anak saya, tak lupa diringi dengan doa agar dicukupkan ASI hingga 2 tahun. Akhirnya selama 3 minggu ASI selalu dijemput oleh sang adik atau suami setelah jam makan siang di kampus tidak ada terpikir  untuk memberikan sufor kepada anak kami. Alhamdulillah akhirnya saya lulus memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan melihat tumbuh kembang anak kami yang sehat menjadi semangat untuk tetap terus berjuang memberikan ASI. Setelah mendapatkan MPASI usia 6 bulan saya tetap melanjutkan untuk memberikan ASI, sang suami yang selalu setia memberikan dukungan dan menjemput ASI di tempat saya mengajar.
Saya memerah sampai usia sekitar 15 bulan karena saya masih bekerja dan kuliah S2, pada usia 13 bulan resign dari bekerja karena niat untuk menjadi IRT dan anak tidak bisa dititipkan dengan ibu yang sudah tua karena saya ingin ibu fokus dengan ibadahnya. Jadi saya lebih full bersama anak dirumah hanya setiap hari sabtu saya harus meninggalkan satu hari karena harus kuliah S2 dan dalam tahap proses penyelesaian tesis, sementara anak di jaga dengan suami selama saya kuliah Alhamdulillah suami selalu membantu dan mendukung saya. Setelah saya berada full dirumah otomatis anak saya sudah tidak mau menggunakan botol susu jadi langsung menyusui dari sumbernya ^_^ mungkin dia tahu bahwa ibunya sudah berada dirumah jadi tidak mau lagi menggunak dot, hanya untuk hari sabtu saja anak menyusu dengan menggunakan botol dari ASI yang saya perah. Masa-masa penyelesaian tesis pun akhirnya selesai dan bisa sampai wisuda S2.
Dengan perjuangan, ikhtiar dan doa akhirnya saya lulus menjadi ibu ASI full 2 tahun tanpa sufor, dan anak kami tumbuh dengan sehat. Semua ini tak lepas dari dukungan dan peran suami yang selalu memberi semangat dan membantu saya. Saya yakin seluruh ibu yang ada di Dunia ini bisa untuk memberikan asi full genap 2 tahun dengan keyakinan yang dimiliki, berpikir positif, dan tekad yang kuat akan mensukseskan program ASI eksklusif untuk buah hati nya masing-masing. Disini peran ayah atau suami sangat mendukung keberhasilan dan kesuksesan ibu dalam memberikan ASI pada anak, bukan hanya ibu saja yang perlu belajar mencari tahu tentang info-info pengetahuan yang berkaitan dengan ASI dan menyusui tetapi sang ayah juga punya kewajiban untuk memliki ilmu dan wawasan tentang ASI dan menyusui agar tidak tabu, dan dapat membantu memberikan dukungan full kepada sang ibu.

#PekanAsiDunia

1 komentar:

  1. Beruntung sekali ya mba dukungan suami sangat membantu ASI eklusifnya. Pasti senang bisa melewati masa sulit didampingi suami. Suka deh dengan perjuangan ibu2 yang gigih memberikan ASI

    BalasHapus